Rabu, 29 April 2009

SUTAFSIR (MH 2006) BERANGKAT KE CIBUBUR....

Ada satu kabar membanggakan dari temen rembol keong kita bab, sutafsir, MH 2006 FKT UGM, terpilih sebagai salah satu peserta FIM (Forum Indonesia Muda) yang diadakan tiap tahun.
FIM tahun ini adalah angkatan 8 dan diadakan di cibubur dari tanggal 30 April -4 Mei 2009. Rangkaian kegiatan FIM bermacam-macam diantaranya outbond, diskusi dll (menurut tafsir). salah satu syarat pendaftaran adalah dengan menyertakan paper dari calon peserta.
MAU LIHAT PAPER YANG KAYAK GIMANA YANG MEMBUAT TAFSIR TERPILIH SEBAGAI PESERTA FIM 2009??
INI DIA....

MENJADI NEGARA MAJU BERBASIS LINGKUNGAN


Indonesia negara kepuluan yang memiliki kekayaan sumber daya alam terbesar kedua setelah brasil, jika di tambah dengan potensi lautnya indonesia menjadi negara nomor satu di dunia yang memiliki kekayaan hayati terbesar. Keanekaragaman hayati mempunyai nilai yang sangat penting bagi kesejahteraan manusia , lebih dari 900 spesies tumbuhan dimanfaatkan sebagai tanaman obat tradisional maupun modern. Dan masih banyak lagi jenis tubuh – tumbuhan yang di indonesia yang diambil manfaatnya oleh masyarakat. Melihat potensi yang besar itu, maka keanekaragaman hayati merupakan suatu aset ekonomi yang dapat kita ambil manfaatnya. Menurut Fachrudin M. Mangunjaya dalam bukunya yang berjudul “ Hidup Harmonis dengan Alam” Ada empat hal menonjol mengapa keanekaragaman hayati memiliki prospek penting dari segi ekonomi, pertama keanekargaman hayati adalah sumber potensial kekayaan genetik yang sangat besar nilainya bagi cadangan genetika pangan. Kedua keanekaragaman hayati di hutan merupakan satu – satunya harapan hidup manusia karena disana terdapat obat – obatan alamiah. Ketiga, memiliki keanekaragaman hayati berarti memiliki pilihan yang besar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat, memiliki keanekaragaman hayati berarti mempunyai kekayaan jenis yang bervariasi yang dapat dimanfaatkan nilai eksotiknya untuk taman wisata alam.
Sungguh potensi yang luar biasa, namun nampaknya potensi yang besar itu belum di manfaatkan secara optimal. Banyak sekali kekayaan hayati indonesia yang justru dimanfaatkan atau malah dicuri oleh negara asing. Sebagi contoh negara kita dirugikan 20 triliyun per tahun akibat illegal Fishing. Di bidang kehutanan, sebagian besar produksi hutan indonesia berasal dari Ilegal Logging sehingga kerugian yang diderita sebesar US$ 3 Miliar per tahun(www.sinarharapan.co.id). Selama ini terdapat paradigma bahwa negara maju adalah negara yang sumber pendapatan utama dari industri. Secara langsung maupun tidak langsung industri tersebut membawa dampak negatif terhadap lingkungan seperti menghasilkan gas – gas rumah kaca yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Kita mampu menjadi negara maju dengan kekayaan alam yang kita miliki namun hal itu harus di barengi dengan peningkatan sumber daya manusia. Misalnya untuk mengolah tanaman – tanaman obat, diperlukan seorang ahli dalam bidang ini. Masyarakat kita harus bisa mandiri dalam mendayagunakan potensi hayati yang dimiliki, oleh karena itu sektor pendidikan harus menjadi salah satu perhatian besar pemerintah jika ingin kita menjadi negara maju. Kita harus menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar kita mampu mengolah dan mengembangkan sumberdaya alam yang kita miliki untuk menjadi aset ekonomi yang dapat memberikan sumber pendapatan baru bagi pemerintah. Materi obat – obatan yang berasal dari tumbuhan liar di hutan tropis secara global mampu memberikan keuntungan US$ 40 milyar per tahun ( fachrudin,2006 ). Hal tersebut baru berasal dari salah satu keanekaragaman hayati saja, masih banyak yang belum diketahui dan dikembangkan potensinya. Seperti kata Ketua MPR Hidayat Nur Wahid yang di tulis dalam Web site Antara News bahwa kekayaan alam Indonesia, belum dikelola dengan benar, seperti adanya kasus perusahaan tambang batu bara yang belum membayar royalti atau pajak kepada negara senilai Rp7 triliun. jika dana itu berhasil dikembalikan ke kas negara dan digunakan untuk program pengentasan kemiskinan atau pemberian beasiswa untuk mahasiswa tak mampu, maka manfaatnya akan sangat besar.
Pada bulan februari lalu, saya dan teman – teman saya yang tergabung dalam organisasi Forestry Study Club mengadakan acara kunjungan ilmiah ke LSM, CIFOR, serta Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Acara ini bertujuan untuk Menambah pengetahuan tentang perubahan & perkembangan terkini di bidang kehutanan, memberi gambaran nyata mengenai isu-isu lingkungan yang terjadi sekaligus dalam rangka menjalin hubungan kerjasama dengan pihak yang terkait dengan bidang kehutanan serta untuk menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkungan. Tiap bulan april organisasi kemahasiswaan yang ada di fakultas saya melakukan kegiatan peringatan Hari Bumi, agenda yang dilakukan diantaranya penanaman pohon, sepeda santai, sampai aksi damai. Kegiatan ini kami lakukan sebagai bentuk langkah nyata untuk menumbuhkan rasa peduli lingkungan baik pada diri kami sendiri maupun kepada masyarakat serta ajakan untuk lebih bersikap arif terhadap lingkungan kita. Karena apa pun yang kita lakukan terhadap lingkungan sekitar, maka kita juga akan mendapatkan hasil dari apa yang kita lakukan itu. Sebagai mahasiswa kehutanan sangat miris rasanya jika hutan tropis kita yang membentang luas itu kini telah rusak. Mulai saat ini nampaknya kita harus mulai mengubah cara pndang kita bahwa negara maju adalah negara yang mampu menjaga dan mengelola lingkungannya dengan arif dan bijaksana. Saat ini negara – negara maju menaruh perhatian yang besar terhadap negara kita. Mereka berharap agar kita membangun kembali hutan kita yang telah rusak ini, hal itu dikarenakan saat ini sedang terjadi global warming atau pemanasan global sebagai akibat dari limbah industri berupa gas – gas rumah kaca dan cara untuk mengatasi itu adalah dengan membangun hutan. Hutan indonesia merupakan hutan tropis yang sangat berpengaruh terhadap perubahan iklim secara global karena selain berfungsi sebagai pengatur air, hutan juga mampu menyerap karbon dimana gas ini merupakan salah satu gas rumah kaca. Dalam konverensi dunia (UNFCCC) mengenai perubahan iklim yang diadakan di Bali tahun 2007 lalu, dirumuskan mengenai mekanisme perdagangan karbon yakni Reducing Emissions from Deforestation and forest Degradation ( REDD ). Melalui mekanisme ini negara – negara maju harus mambayar negara - negara penyerap karbon termasuk salah satunya Indonesia dengan cara mengurangi kerusakan hutan dan melakukan pembangunan hutan kembali. Jika mekanisme ini mampu berjalan maka negara kita akan mendapatkan sumber pendapatan baru dengan mengelola hutan kita. Artinya lingkungan kita mampu memberi manfaat ekonomi tanpa harus merusaknya. Namun masih banyak kalangan yang pesimis apakah mekanisme REDD ini akan berjalan lancar atau tidak.
Luas hutan di Indonesia dari tahun ke tahun kian berkurang, sejak tahun 1967 kita mengekspliotasi hutan alam secara besar – besaran tanpa memperhatikan prinsip kelestarian. Laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai 3,8 juta hektar per tahun. Penebangan hutan di Indonesia yang tak terkendali telah dimulai sejak akhir tahun 1960-an, yang dikenal dengan banjir-kap, dimana orang melakukan penebangan kayu secara manual. Penebangan hutan skala besar dimulai pada tahun 1970. Dan dilanjutkan dengan dikeluarkannya ijin-ijin pengusahaan hutan tanaman industri di tahun 1990, yang melakukan tebang habis (www.walhi.or.id ). Hutan dianggap sebagai bahan tambang yang tidak ada habisnya, akibatnya sekarang kita merasakan dampaknya. Jika musim penghujan kebanjiran dan jika musim kemarau kekeringan. Secara hidrologis, hutan diibaratkan sebagai spons raksasa yang berfungsi untuk pengatur air jika musim penghujan menyerap air sementara saat kemarau mengalirkannya. Sebagai contoh adalah Taman Nasiona gunung gede Pangrango yang berfungsi memberikan air sebagai sumber kehidupan bagi lebih dari 23 juta jiwa, tidak hanya bagi penduduk di tiga kabupaten yang mengelilinginya, tetapi juga bagi penduduk di Jakarta, Lebak, Pelabuhan Ratu,Tangerang, Depok dan Bekasi. TNGGP merupakan sumber air raksasa yang menjadi hulu dari 4 Daerah Aliran Sungai [DAS] besar, yaitu Ciliwung, Cisadane, Cimandiri dan Citarum (http://gedepangrango.org). Namun kini hutan kita telah berubah, banyak terjadi lahan - lahan kosong akibat dari penambangan kayu sehingga kini sebagian besar kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap bencana, baik bencana kekeringan, banjir maupun tanah longsor. Itulah sebagian contoh akibat dari apa yang telah kita perbuat pada alam dan lingkungan.
Kunci perbaikan lingkungan di Indonesia adalah dengan membangun kembali hutan. Hutan kita memiliki peran yang strategis dalam pengatur ekositem lingkungan karena termasuk hutan hujan tropis terbesar di dunia. Untuk mencapai suatu keadaan klimaks, hutan membutuhkan waktu beratus – ratus tahun itu pun dengan syarat tidak ada gangguan dari luar. Untuk melakukan itu semua dibutuhkan suatu regulasi yang mendukung. Tentunya hal itu akan sangat berkaitan dengan para pemegang kebijakan di negara kita. Oleh karena itu pemimpin berwawasan lingkungan saat ini sangat dibutuhkan untuk perbaikan hutan dan lingkungan di Indonesia tercinta ini. Sebentar lagi negara kita akan melangsungkan hajatan akbar lima tahuan yakni pemilu. Kesempatan ini harus kita manfaatkan untuk memilih wakil rakyat yang memiliki perhatian terhadap lingkungan sehingga nantinya kebijakan yang dikeluarkan berpihak pada kelestarian lingkungan.
Saya merupakan putra daerah asli dari Gunungkidul yang sekarang sedang menuntut ilmu di Fakultas Kehutanan UGM. Saya memiliki pandangan bahwa masyarakat derah saya akan memiliki sember pendapatan baru dengan cara membangun hutan. Saat ini pemerintah kabupaten Gunungkidul telah berkerjasama dengan Fakultas Kehutanan UGM untukmembangun hutan rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar